TIGA ASAL PENGETAHUAN
Oleh : Faizurrahman Keraf Ainussyamsi
PENGETAHUAN RASIONALISME
Dalam berargumen clan ini memakai
metode deduktif, yang memakai premis penalaran dari ide yang menurut
anggapannya adalah jalan dan dapat dimakbul. Ide ini menurutnya bukanlah hasil
rekayasa penalaran rasio manusia. Meelainkan sudah dikenal jauh sebelum manusia
berusaha memikirkannya.
Sementara fikiran manusia hanyalah
mengenali prinsip itu yang lalu menjelma menjadi disket pengetahuan. Prinsip
itu sudah ada dan sudah bersifat apriori dan dapat dikenali manusia melalui
potensi akalnya. Pengalaman tidaklah turut campur dan justru sebaliknya hanya
dengan mengetahui prinsip yang didapat via penalaran pikir itulah maka kita
dapat mengerti kejadian-kejadian yang berlaku pada alam sekitar kita.
Ringkasnya
bahwa, bagi mereka ide adalah bersifat apriori dan pengalaman yang didapatkan
manusia via penalaran rasio.
PENGETAHUAN EMPIRIS
Bertolak
belakang dengan kelompok diatas, kubu empiris beranggapan bahwa pengetahuan
manusia itu bukan didapatkan via penalaran rasional yang abstrak, melainkan
didapatkan melalui pengalaman konkrit. Fenomena-fenomana alamiah bagi mereka
adalah bersifat konkrit dan dapat dinyatakan via penalaran pancaindera manusia.
Sebagai
contoh: es bila dipanaskan akan mencair, langit mendung diikuti dengan turunnya
hujan etc. Dimana pengamatan kita akan membuahkan pengetahuan mengenai berbagai
gejala yang mengikuti pola-pola tertentu. Sehingga, bisa kita legititmasikan
bahwa pengetahuan empirikan didapatkan via metode induktif.
Ringkasnya,
bahwa pengetahuan empirik diperoleh via pancaindera, dimana pacaindera merekam
kesan-kesan dari hal-hal yang nampak dan kesan-kesan tersebut direkam dalam
memory dan menjelma menjadi sebuah disket pengetahuan.
PENGETAHUAN INTUISI
Pengetahuan intuisi merupakan pengetahuan yang
diapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Artinya bahwa pengetahuan
itu muncul dengan tiba-tiba, tanpa harus melalui proses berpikir yang
berliku-liku bagaikan kebenaran yang membuka pimtu/ atau bisa juga, intuisi ini
bekerja dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar.
Sifat
pengetahuan ini bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai asas untuk
menyusun pengetahuan secara teratur maka intuitif ini tidak bisa diandalkan.
pengetahuan intuitif hanya bisa dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis
selanjutnya dalam menentukan benar atau tidaknya suatu pernyataan yang
dikemukakan. Kegiatan intuitif dan analitik bisa bisa bekerja saling membantu
dalam menemukan kebenaran.
Maslow beranggapan, kebenaran
intuitif ini merupakan pengalaman puncak (peak
ecprience), sedangkan bagi Nietzsche merupakan intelegensi yang paling
tinggi.
*TerimaKasih*
Good job
ReplyDeleteThankyou
ReplyDelete